Kamis, 23 Januari 2014

Candi Jawi

Selasa, 14 Januari 2014. Pkl. 17.15 WIB.

Sore itu, dalam perjalanan pulang dari Malang menuju ke Surabaya, kami diantar oleh sopir mobil yang kami carter ke sebuah candi yang terletak di kecamatan Prigen, Pasuruhan. Candi tersebut terletak di pinggir jalan arah ke Taman Safari Prigen. Posisi pintu masuk candi menurut saya berada di belakang kompleks candi, karena di bagian belakang candi terdapat 'pintu masuk' yang berupa pintu gerbang yang sudah runtuh.

Tampak depan kompleks Candi Jawi dilihat dari atas candi.

Reruntuhan gerbang Candi Jawi

Di sebelah kiri candi dari arah belakang, terdapat sebuah bangunan yang dikhususkan untuk menyimpan arca ataupun benda-benda purbakala yang belum sempat teridentifikasi yang ditemukan di sekitar Candi Jawi. Selain itu, di samping bangunan tersebut juga terdapat suatu reruntuhan bangunan yang teronggok tanpa penjelasan. Bangunan tersebut belum teridentifikasi bentuk, susunan, maupun fungsinya.

Tempat penyimpanan barang purbakala yang berada di sisi kiri Candi Jawi dari arah belakang candi. 


Reruntuhan bangunan yang belum direstorasi.



Candi Jawi berdasar pada keterangan yang saya dapatkan di depan pintu masuk dituliskan demikian: 


CANDI JAWI
Ukuran candi Jawi: Panjang 14,24 meter; Lebar 9,55 meter; Tinggi 24,50 meter.

Candi Jawi terletak di Desa Candiwates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruhan di kaki gunung Welirang, sekitar 31 kilometer dari kota Pasuruhan. Di dalam Kitab Negarakertagama, Candi Jawi disebut "Jajawa" (Neg. 55.3) atau "Jawa-Jawa". Candi ini dibangun di atas tanah datar yang tinggi dengan pintu masuk di sebelah timur. Melihat bekas-bekas bangunan yang masih dapat dilihat sekarang, selain bangunan utama masih ada bangunan yang lain. Pemugaran candi telah dilaksanakan sejak tahun 1938-1941 karena sebelumnya candi ini telah runtuh. Akan tetapi pemugaran ketika itu belum dapat mencapai keseluruha sampai atap meskipun batu-batu candi sebagian atap dapat disusun sebagai susunan percobaan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya satu lapis batu pada bagian tubuh candi sehingga hubungan dengan bagian atas tidak diketahui. 

Seni Bangunan
Candi jawi mempunyai bentuk arsitektur yang tinggi dan ramping dengan kaki candi dihias serangkaian relief yang menggambakan suatu cerita, namun sampai saat ini identifikasi cerita relief tersebut belum jelas. Relief dipahatkan agak tipis dan beberapa diantaranya sudah rusak. Urutan ceritanya dapat diperkirakan sesuai dengan jalan Pradaksina. 

Salah satu relief yang terdapat pada bagian badan Candi Jawi.

Pada tubuh candi terdapat relung-relung yang pada bagian atasnya dihias dengan kepala Kala, sedangkan di bagian tengah tubuh candi terdapat bingkai persegi mendatar. Atap candi terdiri dari tiga tingkatan, dengan puncak berbentuk dagoda. Jenis batu bagian atap berlainan dengan batu-batu di bagian bawah (bagian kaki candi. Batu-batu pada bagian atap candi sebagian besar menggunakan batu putih, sedangkan batu pada bagian kaki candi adalah batu hitam/andesit). Kemungkinan batu-batu pada bagian atap ini berasal dari masa pemerintahan yang berlainan. Negarakertagama pupuh 57:4 menjelaskan bahwa pada tahun Saka 1253, candi Jawi pernah disambar petir.

Peristiwa tersebut mungkin sekali mengakibatkan runtuhnya bagian atas candi yang kemudian ditahun berikutnya diperbaiki. Hal itu menjadi jelas dari temuan pada tahun 1938 sewaktu diadakan penelitian, didapatkan batu candi yang berangka tahun 1254 Saka. Angka tahun tersebut mungkin sebagai peringatan dibangunnya kembali Candi Jawi. 

Menurut W.F. Stutterheim, bentuk Candi Jawi pada mulanya seperti pada lukisan yang ada di salah satu reliefnya. Pada relief tersebut digambarkan suatu bangunan yang sebagian atasnya berbentuk atap tumpang. Dr. N.J. Krom mengatakan bahwa Candi Jawi memiliki bentuk atap bertingkat, sebaliknya Purbatjaraka berpendapat bahwa bentuk atap Candi Jawi tidak bertingkat. 

Sifat Keagamaan dan Arca-arcanya
Negarakertagama pupuh 56:2 menyebutkan bahwa arca utama di dalam bilik Candi adalah Arca Siwa, dengan tambahan keterangan bahwa ada arca Aksobya bermahkota tinggi. Setelah dilakukam penelitian, ternyata arca-arca yang ditemukan bersifat Siwa. Arca-arca tersebut adalah Nandiswara, Durga, Brahma, Ganesa, Nandi, dan Fragmen Ardanan. Diantara temuan-temuan tersebut tidak terdapat arca Aksobya. Prapanca sendiri menyatakan bahwa arca Aksobya tersebut telah hilang ketika halilintar menyambar candi Jawi pada tahun 1253 Saka. Prapanca dalam bukunya Negarakertagama menerangkan bahwa candi Jawi mempunyai dua sifat keagamaan, yaitu pada bagian bawah candi bersifat Siwa dan pada bagian atas candi bersifat Budha: "Cihneng Candi Risor Kecawan Apuncak Kaboddan I Ruhur" (Neg. 56:21). Percampuran dua agama antara agama Hindu dan Budha di Jawa Timur ketika itu memang sangat menonjol lebih-lebih pada masa Kertanegara, sehingga setelah wafat diberi gelar "Bathara Sang Lumah ri Siwadha" (prasasti Gajahmada, 1351 AD) atau sang lina ring Siwa Budhalaya (Prasasti Gunung Butak). Pararaton menyebutkan Sri Siwa Budha dan Batara Siwa Budha.

Masa Pembangunan Candi Jawi
Menurut Negarakertagama 56:1, Candi Jawi didirikan oleh Raja Kertanegara, sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa Candi Jawi didirikan pada akhir Singasari (abad XIII). 

Fungsi Candi Jawi
Mengenai fungsi Candi Jawi masih terdapat perbedaan pendapat diantara para sarjana. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Candi Jawi adalah candi yang berfungsi sebagai candi Pendharmaan Raja Kertanegara, seperti yang dijelaskan dalam Negarakertagama bahwa Candi Jawi dibuat sendiri oleh Raja Kertanegara, dimana dia mentahbiskan dirinya. Pendapat lain mengatakan bahwa Candi Jawi bukan sebagai tempat Pendharmaan Raja Kertanegara, dengan alasan candi ini dibuat ketika Kertanegara masih hidup. Selain itu, Candi Jawi tidak diuraikan oleh Sthapaka (penjaga candi) sebagai candi yang satu kelompok dengan Candi Singasari yang jelas berfungsi sebagai tempat Pendharmaan Raja Kertanegara. 

Berdasarkan urutan relief yang bersifat Pradaksina (upacara yang berhubungan dengan penghormatan terhadap Dewa (Dewayajnya)), candi ini berfungsi sebagai kuil/tempat pemujaan Dewa. 

Candi Jawi yang kita lihat saat ini adalah hasil dari pemugaran yang dilakukan pada tahun 1974-1979 oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. 



Candi Jawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar