Minggu, 21 April 2013

Gemini Bipolar


Dia membenciku.
Wajah di cermin, di hadapanku itu menatapku nanar. Tangan kanannya menggenggam pisau yang meneteskan darah. Lengan kiriku merasakan perih teramat sangat, darah segar mengucur dari luka menganga di lengan kiriku. Wajahnya penuh carut marut luka cakarku.
Gemini, si kembar yang berlainan—berlawanan lebih tepatnya—saling tarik menarik satu sama lain dengan karakter mereka masing-masing yang sama kuat. Gemini, zodiak yang menaungi kami, saat ini tengah berseteru dengan dirinya sendiri.
Sifatku berbeda 180 derajat dengannya. Aku mencintai kehidupan, dia mencintai kematian. Aku mencintai siang, dia mencintai malam. Aku menyukai keriuhan, dia menyukai ketenangan.
Aku menatapnya dalam bisu. Dia bukanlah aku. Aku adalah dia. Aku tidak menyukai kehadirannya, namun dia ada karena aku ada.
Perlahan ia menyayatku dengan tatapan matanya. Sedikit demi sedikit ia mengulitiku dengan senyum sinisnya, mengirisku, mencincangku, menghancurkanku sampai tandas, hingga tak ada lagi aku, melainkan dia.

 
Aster, 21 April 2013, pkl. 18.30 WIB